KASUS – DEMAM PADA KEHAMILAN
Seorang
ibu berusia 26 tahun bernama Ny. R datang ke rumah sakit setelah dirujuk oleh
dokter di puskesmas. Usia kehamilannya 36 minggu, di mana kehamilan ini adalah
kehamilan keempat untuknya. Ny. R sudah dua kali melahirkan dan sekali
mengalami keguguran. Selama kehamilan ini, Ny. R pernah dua kali dirawat di
rumah sakit. Pertama kali adalah di usia kehamilan 31 minggu, ketika terjadi
perdarahan pervaginam tanpa sebab yang jelas. Kedua kali adalah di usia kehamilan
35 minggu ketika ia terbangun dan terkejut dengan seprai yang basah. Tidak ada
cairan ketuban yang terdeteksi pada pemeriksaan spekulum saat ibu dipulangkan.
Dalam dua hari terakhir, Ny. R merasa kurang enak badan, demam, hilang nafsu
makan, rasa tidak nyaman di perut, dan sakit kepala. Menurutnya, gerakan
janinnya berkurang dalam beberapa hari terakhir dengan perkiraan 8-10 kali per
hari.
Pemeriksaan
fisik menunjukkan suhu 37,8°C, tekanan darah 106/80 mmHg dan frekuensi nadi 109
kali/menit. Tinggi fundus uteri 34 cm, dengan penurunan kepala janin 3/5.
Frekuensi denyut jantung janin 170 kali per menit. Terdapat nyeri tekan uterus.
Pada pemeriksaan spekulum, serviks terlihat tertutup, terdapat duh tubuh hijau
keabu-abuan di dalam vagina.
Hemoglobin
10,9 g/dL
MCV 80 fL
Leukosit 17.300/uL
Trombosit 327.000/uL
MCV 80 fL
Leukosit 17.300/uL
Trombosit 327.000/uL
- Apa diagnosis yang paling sesuai untuk kasus ini? Hal apa yang mendukung diagnosis Anda?
- Apa faktor predisposisi terjadinya kondisi/masalah ini?
- Apa tatalaksana yang harus dilakukan untuk menangani kasus ini?
JAWABAN:
Korioamnionitis
akibat ketuban pecah dini (preterm rupture of membrane). Meskipun
diagnosis ketuban pecah dini tidak dikonfirmasi pada kunjungan di usia
kehamilan 35 minggu, hal tersebut mungkin saja terjadi. Pada saat itu, diduga
terdapat organisme yang naik ke uterus dan menyebabkan infeksi. Tanda dan
gejala yang mendukung dugaan ini adalah demam, takikardia ibu dan janin,
leukositosis, nyeri tekan uterus, dan peningkatan CRP.
2. Apa faktor predisposisi terjadinya kondisi/masalah ini?
- Persalinan prematur
- Persalinan lama
- Ketuban pecah lama
- Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
- Adanya bakteri patogen pada traktus genitalia (IMS, BV)
- Alkohol
- Rokok
- Beri antibiotika kombinasi: ampisilin 2 g IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
- Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk menentukan cara persalinan:
- Jika serviks matang: lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
- Jika serviks belum matang: matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin, atau lakukan seksio sesarea
- Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan antibiotika setelah persalinan. Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan tambahkan metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
- Jika bayi mengalami sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah dan beri antibiotika yang sesuai selama 7-10 hari
Sumber,,;
http://www.edukia.org/web/kblatibu/start15/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar