Jumat, 10 April 2015

KASUS – DEMAM PADA KEHAMILAN



KASUS  – DEMAM PADA KEHAMILAN

Seorang ibu berusia 26 tahun bernama Ny. R datang ke rumah sakit setelah dirujuk oleh dokter di puskesmas. Usia kehamilannya 36 minggu, di mana kehamilan ini adalah kehamilan keempat untuknya. Ny. R sudah dua kali melahirkan dan sekali mengalami keguguran. Selama kehamilan ini, Ny. R pernah dua kali dirawat di rumah sakit. Pertama kali adalah di usia kehamilan 31 minggu, ketika terjadi perdarahan pervaginam tanpa sebab yang jelas. Kedua kali adalah di usia kehamilan 35 minggu ketika ia terbangun dan terkejut dengan seprai yang basah. Tidak ada cairan ketuban yang terdeteksi pada pemeriksaan spekulum saat ibu dipulangkan. Dalam dua hari terakhir, Ny. R merasa kurang enak badan, demam, hilang nafsu makan, rasa tidak nyaman di perut, dan sakit kepala. Menurutnya, gerakan janinnya berkurang dalam beberapa hari terakhir dengan perkiraan 8-10 kali per hari.
Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 37,8°C, tekanan darah 106/80 mmHg dan frekuensi nadi 109 kali/menit. Tinggi fundus uteri 34 cm, dengan penurunan kepala janin 3/5. Frekuensi denyut jantung janin 170 kali per menit. Terdapat nyeri tekan uterus. Pada pemeriksaan spekulum, serviks terlihat tertutup, terdapat duh tubuh hijau keabu-abuan di dalam vagina.
Hemoglobin                          10,9 g/dL
MCV                                        80 fL
Leukosit                                 17.300/uL
Trombosit                              327.000/uL
  1. Apa diagnosis yang paling sesuai untuk kasus ini? Hal apa yang mendukung diagnosis Anda?
  2. Apa faktor predisposisi terjadinya kondisi/masalah ini?
  3. Apa tatalaksana yang harus dilakukan untuk menangani kasus ini?




JAWABAN:
1. Apa diagnosis yang paling sesuai untuk kasus ini? Hal apa yang mendukung diagnosis Anda?
Korioamnionitis akibat ketuban pecah dini (preterm rupture of membrane). Meskipun diagnosis ketuban pecah dini tidak dikonfirmasi pada kunjungan di usia kehamilan 35 minggu, hal tersebut mungkin saja terjadi. Pada saat itu, diduga terdapat organisme yang naik ke uterus dan menyebabkan infeksi. Tanda dan gejala yang mendukung dugaan ini adalah demam, takikardia ibu dan janin, leukositosis, nyeri tekan uterus, dan peningkatan CRP.
2. Apa faktor predisposisi terjadinya kondisi/masalah ini?
  • Persalinan prematur
  • Persalinan lama
  • Ketuban pecah lama
  • Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
  • Adanya bakteri patogen pada traktus genitalia (IMS, BV)
  • Alkohol
  • Rokok
3. Apa tatalaksana yang harus dilakukan untuk menangani kasus ini?
  • Beri antibiotika kombinasi: ampisilin 2 g IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
  • Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk menentukan cara persalinan:
    • Jika serviks matang: lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
    • Jika serviks belum matang: matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin, atau lakukan seksio sesarea
  • Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan antibiotika setelah persalinan. Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan tambahkan metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
  • Jika bayi mengalami sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah dan beri antibiotika yang sesuai selama 7-10 hari
Sumber,,; http://www.edukia.org/web/kblatibu/start15/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar